Senin, 02 September 2013

IDEALISME PELAJAR MUSLIM


Oleh: H. Endang Madali, MA
“Seseorang dengan kemampuan biasa-biasa saja bisa mencapai hal-hal yang besar untuk masyarakatnya, jika ia membuat rencana yang baik.”                        (Benjamin Franklin)
Pelajar adalah harapan kemajuan masa depan. Ia selalu berada di depan dengan segala potensi yang dimiliki. Mulai dari pisik yang kuat, akal yang cermat dan hati yang peka, serta memiliki visi dan misi gemilang dalam menatap masa depan. Hal ini menjadi riil, apabila seorang pemuda mengoptimalkan masa-masa mudanya dalam mencari ilmu; banyak belajar dari lingkungannya, berguru kepada yang lebih mapan hidupnya, bersikap matang dalam pendirian serta berprinsip yang rasional.
Sobat, sesungguhnya masa depan hanya banyak diharapkan dari kalangan pemuda, di mana ia menjadi tolok ukur apakah baik masa depan suatu masyarakat atau umat dari sebuah komunitas. Karena di tangan/ di punggung pemuda lah maju atau mundurnya suatu umat, sebagaimana pepatah Arab mengatakan:
إِنَ فِي يَدِ الشُبَانِ أَمْرَ الْأُمَةِ وَ فِي إِقْدَامِهَا حَيَاتَهَا
“Sesungguhnya di tangan pemuda lah segala urusan umat, dan di bawah tanggung jawabnya lah maju dan mundurnya kehidupan mereka.” (Kata bijak)
Perlu diketahui, sobat, pelajar idealis akan muncul di tengah-tengah masyarakat yang kritis, harmonis dan dinamis. Masyarakat kritis terjadi apabila tiap-tiap pemimpin mereka -- dari kepemimpinan rumah tangga, lingkungan hingga wilayah -- memberikan peluang kepada pemuda untuk berdikari, mandiri serta diberikan kebebasan dalam berkreasi, seperti mengadakan perlombaan olah raga, acara keagamaan, hingga kegiatan kemandirian yang dapat memupuk jiwa-jiwa ke-wirausaha-an mereka.
Dari masyarakat yang kritis itu lah, niscaya akan menjadikan masyarakat yang harmonis, rukun, damai, dan sejahtera. Sifat dari keharmonisan adalah keserasian, baik dalam bersikap, bervisi serta berbakti kepada lingkungannya. Kalau hal ini terjadi, maka sikap-sikap pemuda idealis akan bermunculan di suatu masyarakat. Juga, kedinamisan akan menjadi syarat dari sebuah keidealan dalam menata masyarakat yang unggul.
Di samping itu, masyarakat yang ideal akan mengorbitkan pemuda-pemuda yang ideal pula. Kenapa tidak? Dari masyarakat yang ideal itu lah akan mendidik kepada siapa saja yang menjadi generasi dari keberlangsungan hidup mereka. Dari sana lah, seorang pemuda niscaya akan belajar bagaimana bersikap berani dalam menghadapi kebenaran, cakap dalam bersikap secara optimis, serta berbudi baik dalam langkah-langkah kesehariannya.
Nah, salah seorang cendikiawan Muslim, Azyumardi Azra, mengungkapkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan bangsa Indonesia ini kehilangan jati dirinya, yaitu: Tidak bisa menjaga integrasi pribadi dan sosialnya, bersikap munafik dan tidak bisa menjadi suri tauladan. Dari ketiga faktor tersebut tidak akan terlepas dari unsur-unsur pendidikan pemahaman terhadap diri seseorang. Ketika seseorang tidak dapat menjaga jati dirinya, maka ia akan kehilangan arah. Sebagaimana dikatakan oleh Ralph Waldo Emerson, bahwa dunia terbuka lebar bagi mereka yang tahu arah yang dituju. Dengan demikian, pribadi yang besar, bangsa yang besar, dan bahkan dunia yang besar hanya dimiliki oleh orang-orang idealis yang memikirkan diri dan orang lain.
Bagaimana syarat menjadi seorang pelajar idealis? Hal ini setidaknya dapat diuraikan beberapa pokok inti dari kata idealis, yaitu di antaranya:
1.        Gemar belajar
Pemuda yang selalu giat belajar, berarti ia tumbuh dan besar dari ilmu yang dimilikinya. Karena seseorang dapat diukur kesuksesan dari siapa saja selama ini ia bergaul, berdiskusi dan beradaptasi dalam kehidupannya. Juga, selama ini apa saja yang ia baca dalam mengembangkan potensi pribadinya.
2.        Berani bertanya
Inti dari sebuah pencari ilmu adalah hasil olah jawaban dari suatu pertanyaan. Mulai kita belajar di Taman Kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi (PT), di dalam bahkan di luar negeri, sebenarnya hanya mencari jawaban dari sebuah pertanyaan.
3.        Berani berbuat
Ada slogan inspiratif yang berbunyi, “Yang berani ACTION akan BERUBAH, yang berani berubah TIDAK AKAN MATI.” Karena hidup ini adalah perubahan, maka perubahan itu sendiri sebagai keniscayaan.

4.      Berani bermimpi
Seperti yang diungkapkan oleh George H. Mathason, “Kita berjuang bukan dengan kepandaian tetapi dengan kegigihan.” Karena memang keberhasilan hanya bisa diraih oleh mereka yang tidak pernah mengenal kata putus asa. Di samping itu, keberhasilan adalah hasil yang diperoleh secara bertahap melalui target yang telah ditentukan. Maka, bermimpi lah dengan khayalan ilmiah kita, guna merealisasikan apa-apa yang sebenarnya milik kita bersama, yakni keberhasilan.

5.        Peka sosial
Untuk yang satu ini, menjadi spesial bagi siapa saja yang ingin menguasai dunia ini. Dengan kata lain, kepekaan merupakan masalah kedewasaan, kejerniusan dan sosio-spiritual yang tinggi. Apabila seseorang dapat menumbuhkan jiwa besarnya, niscaya ia akan mendapatkan kata idealis dalam hidupnya. Menjadi inspirasi bagi kita bersama. Ada sebuah pernyataan, bahwa jiwa pemimpin tumbuh dari lingkungan dan perkembangan interaksi sosial seseorang. Karena memang tidak ada suatu “sekolah atau “lembaga” yang menamatkan seseorang menjadi pemimpin, kecuali seseorang itu pula lah yang akan menumbuhkan jiwa-jiwa pemimpinnya. Adalah suatu produk yang unggul bersumber dari masyarakat yang mengarahkan dan membentuknya.
6.        Berpikir kritis
Berkembangnya pola pikir seseorang, apabila dilatih terus dengan segala potensi yang telah dimilikinya. Berpikir kritis adalah salah satunya. Firman Allah dalam Surat al-Hasyr [59] ayat 18, yang menyatakan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ 
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaknya setiap diri meneliti apa yang telah diperbuat untuk hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Al-Qur’an; al-Hasyr [59]: 18.

Kata “meneliti” berarti melihat, mencermati dan mengkritisi dari setiap perencanaan yang telah dibuat. Di antara mengkritisi itu adalah dengan cara  mengutarakan atau memperbaiki segala kebijakan yang menjadi wewenang seorang pemimpin, termasuk pemimpin di wilayah kita masing-masing.

Dari beberapa motivasi di atas, akan menjadi indah apabila kita iringi rasa sabar dan syukur kita atas apa-apa yang telah kita miliki hingga sekarang. Se kecil apa pun ia. Ilmu yang sedikit, harta yang terbatas, dan jabatan tanggung jawab yang sederhana. Hal itu semua akan menjadi besar bila disertai sabar dan syukur. Semoga bangga atas idealitas yang kita tuangkan dalam kehidupan sehari-hari. Selamat berjuang!!      


[1] Sekretaris Umum DPD BKPRMI Depok dan Dosen STIE Hidayatullah Depok.

0 komentar:

Posting Komentar

Trailer Maulid Akbar 7 Februari 2015

Created Widget by Ino-Yasha