“Seseorang dengan kemampuan biasa-biasa saja bisa mencapai hal-hal yang
besar untuk masyarakatnya, jika ia membuat rencana yang baik.” (Benjamin
Franklin)
Pelajar
adalah harapan kemajuan masa depan. Ia selalu berada di depan dengan segala
potensi yang dimiliki. Mulai dari pisik yang kuat, akal yang cermat dan hati
yang peka, serta memiliki visi dan misi gemilang dalam menatap masa depan. Hal
ini menjadi riil, apabila seorang pemuda mengoptimalkan masa-masa mudanya dalam
mencari ilmu; banyak belajar dari lingkungannya, berguru kepada yang lebih
mapan hidupnya, bersikap matang dalam pendirian serta berprinsip yang rasional.
Sobat,
sesungguhnya masa depan hanya banyak diharapkan dari kalangan pemuda, di mana
ia menjadi tolok ukur apakah baik masa depan suatu masyarakat atau umat dari
sebuah komunitas. Karena di tangan/ di punggung pemuda lah maju atau mundurnya
suatu umat, sebagaimana pepatah Arab mengatakan:
إِنَ
فِي يَدِ الشُبَانِ أَمْرَ الْأُمَةِ وَ فِي إِقْدَامِهَا حَيَاتَهَا
“Sesungguhnya
di tangan pemuda lah segala urusan umat, dan di bawah tanggung jawabnya lah
maju dan mundurnya kehidupan mereka.” (Kata bijak)
Perlu
diketahui, sobat, pelajar idealis akan muncul di tengah-tengah masyarakat yang
kritis, harmonis dan dinamis. Masyarakat kritis terjadi apabila tiap-tiap
pemimpin mereka -- dari kepemimpinan rumah tangga, lingkungan hingga wilayah --
memberikan peluang kepada pemuda untuk berdikari, mandiri serta diberikan
kebebasan dalam berkreasi, seperti mengadakan perlombaan olah raga, acara
keagamaan, hingga kegiatan kemandirian yang dapat memupuk jiwa-jiwa
ke-wirausaha-an mereka.
Dari
masyarakat yang kritis itu lah, niscaya akan menjadikan masyarakat yang
harmonis, rukun, damai, dan sejahtera. Sifat dari keharmonisan adalah
keserasian, baik dalam bersikap, bervisi serta berbakti kepada lingkungannya.
Kalau hal ini terjadi, maka sikap-sikap pemuda idealis akan bermunculan di
suatu masyarakat. Juga, kedinamisan akan menjadi syarat dari sebuah keidealan
dalam menata masyarakat yang unggul.
Di
samping itu, masyarakat yang ideal akan mengorbitkan pemuda-pemuda yang ideal
pula. Kenapa tidak? Dari masyarakat yang ideal itu lah akan mendidik kepada
siapa saja yang menjadi generasi dari keberlangsungan hidup mereka. Dari sana
lah, seorang pemuda niscaya akan belajar bagaimana bersikap berani dalam
menghadapi kebenaran, cakap dalam bersikap secara optimis, serta berbudi baik
dalam langkah-langkah kesehariannya.
Nah,
salah seorang cendikiawan Muslim, Azyumardi Azra, mengungkapkan bahwa ada tiga
faktor yang menyebabkan bangsa Indonesia ini kehilangan jati dirinya, yaitu: Tidak
bisa menjaga integrasi pribadi dan sosialnya, bersikap munafik dan tidak bisa
menjadi suri tauladan. Dari ketiga faktor tersebut tidak akan terlepas dari
unsur-unsur pendidikan pemahaman terhadap diri seseorang. Ketika seseorang
tidak dapat menjaga jati dirinya, maka ia akan kehilangan arah. Sebagaimana
dikatakan oleh Ralph Waldo Emerson, bahwa dunia terbuka lebar bagi mereka
yang tahu arah yang dituju. Dengan demikian, pribadi yang besar, bangsa
yang besar, dan bahkan dunia yang besar hanya dimiliki oleh orang-orang idealis
yang memikirkan diri dan orang lain.
Bagaimana
syarat menjadi seorang pelajar idealis? Hal ini setidaknya dapat diuraikan
beberapa pokok inti dari kata idealis, yaitu di antaranya:
1.
Gemar belajar
Pemuda yang selalu giat
belajar, berarti ia tumbuh dan besar dari ilmu yang dimilikinya. Karena
seseorang dapat diukur kesuksesan dari siapa saja selama ini ia bergaul,
berdiskusi dan beradaptasi dalam kehidupannya. Juga, selama ini apa saja yang
ia baca dalam mengembangkan potensi pribadinya.
2.
Berani bertanya
Inti dari sebuah pencari
ilmu adalah hasil olah jawaban dari suatu pertanyaan. Mulai kita
belajar di Taman Kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi (PT), di dalam bahkan
di luar negeri, sebenarnya hanya mencari jawaban dari sebuah pertanyaan.
3.
Berani berbuat
Ada slogan inspiratif
yang berbunyi, “Yang berani ACTION akan BERUBAH, yang berani berubah TIDAK AKAN
MATI.” Karena hidup ini adalah perubahan, maka perubahan itu sendiri sebagai
keniscayaan.
4.
Berani bermimpi
Seperti yang diungkapkan
oleh George H. Mathason, “Kita berjuang bukan dengan kepandaian tetapi dengan
kegigihan.” Karena memang keberhasilan hanya bisa diraih oleh mereka yang tidak
pernah mengenal kata putus asa. Di samping itu, keberhasilan adalah hasil yang
diperoleh secara bertahap melalui target yang telah ditentukan. Maka, bermimpi lah
dengan khayalan ilmiah kita, guna merealisasikan apa-apa yang sebenarnya milik
kita bersama, yakni keberhasilan.
5.
Peka sosial
Untuk yang satu ini, menjadi
spesial bagi siapa saja yang ingin menguasai dunia ini. Dengan kata lain,
kepekaan merupakan masalah kedewasaan, kejerniusan dan sosio-spiritual yang
tinggi. Apabila seseorang dapat menumbuhkan jiwa besarnya, niscaya ia akan
mendapatkan kata idealis dalam hidupnya. Menjadi inspirasi bagi kita bersama. Ada sebuah pernyataan, bahwa jiwa pemimpin
tumbuh dari lingkungan dan perkembangan interaksi sosial seseorang. Karena memang tidak ada suatu “sekolah”
atau “lembaga” yang menamatkan seseorang menjadi pemimpin,
kecuali seseorang itu pula lah yang akan menumbuhkan jiwa-jiwa pemimpinnya. Adalah suatu produk yang unggul bersumber
dari masyarakat
yang mengarahkan dan membentuknya.
6.
Berpikir kritis
Berkembangnya pola pikir seseorang, apabila
dilatih terus dengan segala potensi yang telah dimilikinya.
Berpikir kritis adalah salah satunya. Firman Allah dalam Surat al-Hasyr [59] ayat
18, yang menyatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaknya setiap diri meneliti apa yang
telah diperbuat untuk hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Al-Qur’an; al-Hasyr [59]: 18.
Kata
“meneliti” berarti melihat, mencermati dan mengkritisi dari setiap perencanaan
yang telah dibuat. Di antara mengkritisi itu adalah dengan cara mengutarakan atau memperbaiki segala
kebijakan yang menjadi wewenang seorang pemimpin, termasuk pemimpin di wilayah
kita masing-masing.
Dari beberapa motivasi di
atas, akan menjadi indah apabila kita iringi rasa sabar dan syukur kita atas
apa-apa yang telah kita miliki hingga sekarang. Se kecil apa pun ia. Ilmu yang
sedikit, harta yang terbatas, dan jabatan tanggung jawab yang sederhana. Hal
itu semua akan menjadi besar bila disertai sabar dan syukur. Semoga bangga atas
idealitas yang kita tuangkan dalam kehidupan sehari-hari. Selamat berjuang!!
0 komentar:
Posting Komentar